Jumat, 11 November 2016

Sejarah Patung Bogani di Tanah Totabuan

 

Sejarah Patung Bogani di Tanah Totabuan, memang untuk diingat. Mereka yang tidak mengenal masa lalunya, akan dikutuk untuk mengulanginya. Begitu kata George Santayana, filsuf asal Spanyol (1863-1952). Begitu pun dengan kita-masyarakat-Bolmong, mungkin harus diingatkan kembali dengan sejarah Bogani. Tak banyak generasi muda yang mengenal dan tahu siapa Bogani, bahkan hanya untuk seonggok patungnya pun, mungkin sebagian masyarakat Bolmong tidak atau belum mengetahui sejarahnya.
Menurut sejarah, Alex B. Wetik yang merupakan salah satu pendiri Jurusan Seni Rupa di Lembaga IKIP Manado atau UNIMA, ia adalah pelukis sekaligus pematung yang mendesain Patung Bogani di Kelurahan Kotobangon. Ia pun dikenal membuat patung di antaranya, Patung Sam Ratulangi, Patung Yesus di Gereja Katolik St. Ignasius Manado, Relief di Gedung Bukit Inspirasi Tomohon, Patung Sam Ratulangi di Tondano, Patung Sarapung dan Korengkeng di Tondano dan Patung Bogani di Kotamobagu, pun masih banyak karya-karya lainnya.
Akan tetapi, sumber lain yang merupakan budayawan Bolmong, Chariun Mokoginta mengatakan, dari hasil penelusurannya. Pelukis dan pematung yang membuat Patung Bogani adalah Tawakal Mokodompit.
“Menurut sepengetahuan saya, Tawakal Mokodompit yang membuat Patung Bogani. Kiprahnya dalam seni lukis pun hingga ke ibukota Jakarta. Dia bersama Pak Tino pernah mengisi program acara Mari Menggambar di stasiun TVRI dulu. Adiknya pun Harsono Mokodompit adalah seorang pelukis.
Tapi saya pernah menelusuri keberadaan mereka, hingga diketahui keduanya sudah meninggal dunia. Yang saya kenal, keduanya adalah budayawan sekaligus pematung di Bolmong,” tutur Chairun saat ditemui di kediamannya di Kelurahan Genggulang Kecamatan Kotamobagu Utara, Rabu (26/11) kemarin.
Kedua kakak beradik itu menurut Chairun, sangat memperhatikan kebudayaan Bolmong dari segi adat istiadat, semboyan-semboyan budaya, juga simbol-simbol.
“Setahu saya juga keduanya itu di masa muda mulai eksis di dunia seni. Seingat saya saat kepempimpinan Bupati O.N Mokoagow, mungkin di periode tahun 66-76, Patung Bogani dibuat,” tutur Chairun, sambil mengingat-ingat.
Diceritakan pula olehnya, tokoh Bogani yang menjadi Patung Bogani adalah Bogani Paloko. Sebab yang bermukim di sekitar aliran sungai dan wilayah Kotobangon sampai ke Puncak Ilongkow adalah Bogani Paloko.
“Ada begitu banyak bogani, ada Bogani Inde Indou, Inde Dikit, Dugian, Paloko, Ponamboian, Dondo, Pongayow, Lingkit, Mogedag dan masih banyak lagi. Tapi menurut saya,yang menjadi tokoh Patung Bogani adalah Bogani Paloko. Sebab dulu yang berdiam di sekitar aliran sungai adalah Bogani Paloko dan masyarakat yang dipimpinnya,” urainya, sambil mempersilahkan wartawan koran ini, untuk minum teh yang dihidangkan istrinya.
Diketahui ada dua sebutan untuk Bogani bagi laki-laki dan Bogani untuk perempuan. Dari bahasa ‘purba’ Mongondow, diartikan Bogani adalah manusia yang bisa menghilang.
“Artinya Bogani itu manusia yang bisa menghilang. mereka pun dipilih karena sifat dan sikap mokodotol atau patriotisme yang dimilikinya,” terangnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar