Jumat, 11 November 2016

 TARI TUITAN Khas bolaang mongodowTari Tuitan
Tari Tuitan adalah Tarian Adat Bolaang Mongondow yang digelar untuk menjemput atau menjamu tamu kehormatan. Biasa juga dipergunakan untuk menjemput dan mengawal pengantin pria saat masuk ke tempat pengantin wanita pada acara akad nikah perkawinan adat Mongondow. Tarian ini dipakai sejak zaman raja-raja Mongondow dan turun temurun menjadi semacam kebiasaan bagi masyarakat apabila ada hajatan pernikahan.
Menurut sumber tarian ini diciptakan dan dipakai sebagai tarian kerajaan sejak zaman Raja Tadohe,’ karena dalam tulisan W. Dunnebier Over de Vorsten Van Bolaang Mongondow yang yang diterjemahkan R.Mokoginta. Dalam buku itu diterangkan bahwa penetapan ketentuan-ketentuan adat yang terstruktur ditetapkan pada zaman Pemerintahan Raja Tadohe’ sekitar Tahun 1600. Keterangan yang sama dapat ditemui pada tulisan-tulisan Bernard Ginupit, sebagai missal.
Tarian ini diperankan oleh 9 (sembilan) orang personil yang memakai pakaian adat yang sudah ditentukan, dengan tugas masing-masing 6 (enam) orang sebagai penari; 1 (satu) orang sebagai pemain alat music; dan 2 (dua) orang sebagai pelaku pesilat yang akan melakukan duel. Dalam prosesnya, tarian ini menggunakan alat tombak dan kaleau atau perisai, khusus untuk 6 (enam) orang penari.
Pada prosesnya sebelum pelaksanaan tarian, guhanga (orang tua adat) melakukan dodandonan, yaitu ucapan-ucapan permohonan kepada leluhur yang disampaikan lewat nyanyian yang bertujuan untuk meminta agar pada prosesnya leluhur tidak terlibat, sehingga penari-penari ini tidak kerasukan, mengingat pada pelaksanaannya penari-penari ini menggunakan benda tajam. Setelah dodandonan selesai disampaikan, tarian dimulai ketika iring-iringan tamu atau pengantin pria sudah memasuki halaman dari tempat pengantin wanita. Gerakan tarian ini dominan persis seperti pertempuran, yaitu memainkan langkah maju-mundur dan menghunuskan tombak serta mengangkat kaleau.
Khusus pada acara akad nikah, pada tahapan selanjutnya penari-penari membuat barisan tiga-tiga dan berjalan bersama mengawal iring-iringan pengantin pria sampai di depan gerbang pintu masuk tempat pengantin wanita. Di depan gerbang, iring-iringan akan dicegat oleh satu orang pengawal pengantin wanita, yang kemudian meminta berduel dengan perwakilan iring-iringan pengantin pria, sebagai satu persyaratan mutlak untuk masuk ke dalam, Pengawal pengantin pria harus mengalahkan pengawal pengantin wanita tersebut. Hal ini menggambarkan pada zaman dahulu pria yang akan mempersunting wanita adalah pria yang terbukti mempunyai kekuatan, karena kalau lemah maka tidak bisa diijinkan masuk kedalam rumah sang wanita, artinya tidak akan pernah mempersuntingnya.
Selanjutnya, setelah pengawal pengantin wanita ditaklukkan, iring-iringan pengantin pria dipersilahkan masuk untuk menyerahkan seserahan yang dibawa serta melangsungkan pernikahan dan tetap dikawal oleh kelompok tuitan tadi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar