Jumat, 11 November 2016

Tumomongondow/Berbahasa mongondow

SAYA SELALU BERSYUKUR DAN BANGGA  TERLAHIR SEBAGAI SUKU MONGONDOW. SAYA JUGA LEBIH SENANG MENGGUNAKAN BAHASA MONGONDOW UNTUK BERKOMUNIKASI SEHARI-HARI  KETIMBANG MENGGUNAKAN BAHASA LAINNYA.
Saya memang sengaja menulisnya dengan mengunakan huruf kapital  tapi bukan bermaksud mengangkat isu kesukuan atau primomordialisme. Ini hanya bentuk luapan keprihatinan saya, sebagai refleksi saya ketika melihat keberadaan bahasa Mongondow sekarang ini.
Saya memang bukan budayawan, bukan ahli sejarah, bukan ahli bahasa, bukan juga pakar linguistik. Tapi ketika saya melihat keberadaan bahasa Mongondow terutama di Kotamobagu. Saya berpikir ini sudah memasuki fase  memprihatinkan. Betapa tidak, penduduk Kotamobagu yang notabenenya hampir 100% adalah berasal dari suku Mongondow ternyata kesehariaannya jarang terdengar menggunakan bahasa mongondow untuk berkomunikasi, terlebih bagi anak-anak muda  dan bukan hal yang tidak mungkin  20 tahun akan datang bahasa Mongondow akan punah.
Saya teringat pada suatu ketika saya dan teman saya sedang asyik bercengkrama di dego-dego yang berada di halaman rumah, tiba-tiba pembicaraan kami teralih sejenak ketika ada seseorang yang lewat, dengan sedikit menurunkan volume suaranya teman saya bertanya kepada saya “ko ta’awanmu ki’ine tatua?”(kamu tahu siapa dia itu?) jawabku “O’o kota’awanku sia ”(iya saya tahu dia) dengan nada ketus teman saya berkata  “sia tatua bagu pitu notaong ilumuay kon lipu’ yo no’ibuimai kon lipu’ nokoliongannya bidon in tumomongondow. yo  takolipud oyu’on intau Mongondow opat nopulu kapin notaong kon bolanda yo noiangoimai kon lipu yo umuranbi’ kota’awannya tumomongondow” (dia itu baru tinggal diluar daerah  selama tujuh tahun setelah pulang sudah lupa dengan bahasa mongondow. Sedangkan dulu ada orang Mongondow selama empat puluh tahun lebih tinggal di Belanda lalu datang kembali ke kampung, masih selalu ingat dengan bahasa Mongondow)
Saya berpikir dan membandingkan antara orang yang sudah 40 tahun lebih tinggal di Belanda masih tetap ingat dengan bahasa mongondow, dengan orang yang baru 7 tahun tinggal luar daerah  sudah lupa dengan bahasa Mongondow? Kenapa bisa seperti itu?  saya juga belum tahu penyebabnya. Tapi saya yakin, ini tidak ada hubungannya dengan kemampuan daya ingat  ataupun tingkat intelegensi seseorang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar